[Cafe Latte] #9 | Losing My Mind

Title: Losing My Mind
Genre:
Rating: PG-13
Character: ._.

Keramaian di ruangan itu terhenti sesaat.

Pintu berat warna hitam dengan kaca persegi panjang di atasnya itu mengayun terbuka, kasar. Seorang laki-laki berwajah manis berkulit putih terang berjalan-setengah-berlari masuk, sayangnya wajah manisnya itu sedikit tertutupi rengutan. Dengan kekasaran yang sama, pintu itu kembali tertutup, menyisakan debaman keras yang sudah lebih dari cukup untuk membuat orang yang berada di sekitarnya terkejut. Jarang sekali si manager cafe bersikap seperti itu, menimbulkan sedikit pertanyaan di benak masing-masing orang soal apa yang telah membuat namja itu jatuh moodnya seperti sekarang ini.

Chanyeol, si tukang-pengambil-inisiatif-pertama yang kebetulan sedang menyerahkan daftar pesanan ke kru dapur, segera bertindak. Ia melangkah ke pintu yang memisahkan antara dapur dengan ruangan bos mereka kemudian mengetuknya pelan, “Baekhyun-a? Kau baik-baik saja?”

Tidak ada jawaban hingga semenit berikutnya. Namja yang terlihat seperti persilangan tiang dengan tiang itu lalu mengganti pertanyaannya, “Hei, apa aku boleh masuk, tuan bos yang terhormat?”

“Pintunya tidak dikunci.” terdengar suara dari dalam. Chanyeol menyunggingkan senyum kecil sambil memutar handle pintu dan mendorong benda itu hingga terbuka, kemudian melongokkan kepalanya ke dalam untuk mengecek keadaan. Normal, hanya Baekhyun yang sedang menyandarkan kepalanya ke meja kerja, wajahnya tidak terlihat karena kepalanya tertunduk.

“Jadi, ada apa lagi?” Chanyeol menempatkan badannya pada posisi yang nyaman di kursi yang terletak di seberang tempat Baekhyun duduk. “Aku lihat saat kau pergi tadi wajahmu sangat-cerah-sekali seperti langit musim panas~ masalah?”

“Berhenti.”

“Tidak akan. Kuulangi, kau kenapa? Tiba-tiba saja kembali ke cafe lalu dengan seenaknya membanting-banting pintu. Oke, aku tahu ini cafemu, tapi kau juga harus ingat kalau kita punya image yang harus dijaga dan ini bukan rumah—”

“Sebenarnya siapa yang bos di sini?” Baekhyun mengangkat wajahnya, ganti menyandarkan dagu ke meja sambil menatap Chanyeol dengan wajah datar. Baiklah, Chanyeol memang vice-manager di sini… tapi bukan berarti namja itu bisa mengatur segala hal, kan? Setidaknya yang terjadi pada dirinya.

“Kau. Jadi?” Chanyeol menampakkan gestur dan ekspresi ayolah-beri-tahu-aku-Baekki-sayang yang menyebalkan sambil mengatupkan tangannya. “Kau bertengkar dengan tunanganmu?” tambahnya. Baekhyun mendengus pelan lalu kembali ke posisi awal, dahi tersandar di tepian meja. “Tidak… iya. Tidak.”

Namja tiang itu memutar bola matanya cepat, mulai kesal. “Dasar plin-plan. Kenapa? Dia marah karena kau paksa terus? Kan aku sudah mengatakan padamu untuk tidak banyak menekannya dan memberinya waktu untuk bicara~ ck, kau memaksakan pendapatmu terus, ya? Harusnya kau juga meminta pendapatnya saat merencanakan pernikahan kalian~ lalu juga…”

Chanyeol cerewet bangkit, gumam Baekhyun dalam hati, tidak berminat mendengarkan lebih lanjut. Sungguh, segala hal yang diomongkan Chanyeol hanya masuk-lewat-telinga-kanan-keluar-lewat-telinga-kiri, tidak terserap otaknya sama sekali. Lagipula apapun itu yang keluar dari mulut Chanyeol tidak ada hubungannya dengan masalah yang sedang ia hadapi. Susahnya punya teman sok tahu ya begini, pikir Baekhyun sembari memejamkan mata. Lagi-lagi ia merasa bersalah karena sudah meninggalkan Sungra begitu saja di rumah, dan menyesal karena keputusannya untuk pulang ternyata sama sekali tidak menyelesaikan satu masalah pun. Pikirannya tidak bisa tenang… jadi?

Ya! Kau mendengarkanku tidak?” sentak Chanyeol tiba-tiba. Baekhyun membenarkan posisi kepalanya dan sekali lagi menatap Chanyeol tanpa minat. “Ne. Aku dengar.”

“Jadi? Apa nasihatku sudah cukup untukmu? Bisa menyelesaikan masalahmu?”

Ne, sudah cukup. Terima kasih dan kau bisa pergi sekarang~” Baekhyun membuat gestur mengusir Chanyeol dengan melambaikan telapak tangannya ke arah pintu. “Daripada nasihat, sebenarnya yang aku butuhkan sekarang hanya tidur.” ia kembali merebahkan kepalanya.

Chanyeol mengerutkan hidungnya tidak puas, berniat mengorek lebih lanjut. “Ayolah, kau pikir kau bisa membohongi teman satu sekolah 10 tahun dan…”

“Diam.”

“… teman tinggal serumah, lalu…”

“Park Chanyeol.”

“… teman tidur satu kasur, dan…”

“Aku peringatkan kau untuk diam. Aku butuh tidur. Oh, satu lagi, berhenti bicara macam-macam.”

“… teman senasib sepenanggungan, nah, aku tidak bicara macam-macam, kita kan memang pernah tidur se—”

“Diam!” sentak Baekhyun, terlalu ‘semangat’ hingga dagunya terantuk tepi meja saat mengangkat kepala. Ia menggerutu panjang-pendek sambil merutuki nasib sementara Chanyeol masih cengar-cengir tak karuan di depannya, senang karena berhasil menjahili namja itu. “Sudahlah~ bagaimana kalau sesi cerita dengan hyungmu tersayang ini?”

Baekhyun bergidik jijik. “Kau bahkan lebih muda dariku, Tuan Park Chanyeol.”

Chanyeol memiringkan kepalanya, memperlebar cengiran bodoh di wajahnya lalu kembali membuka mulut. “Ne, aku tahu. Nah, sekarang boleh aku tahu masalah apa yang membuatmu jadi seperti anak kecil yang gagal membeli mainan yang sangat diidamkannya?”

“Mantan pacarnya datang.” gumam Baekhyun pelan. Chanyeol mengerutkan keningnya, tidak merasa ada yang aneh dengan apa yang terjadi. Memangnya kenapa? tanya batinnya yang kemudian ia suarakan. “Aku tidak melihat masalah apa-apa dalam fakta itu, Baekhyun-a.”

“Kau bisa bilang begitu karena kau tidak sedang di sana saat itu, bodoh. Oh, ayolah, kau tidak akan mengerti. Terlalu rumit untuk diceritakan.”

“Nah, karena rumit, coba ceritakan saja~ kau tahu kan kalau aku suka mendengarkan cerita panjang?”

Baekhyun memukul kepala Chanyeol pelan dengan kepalan tangannya, lalu mulai membuka mulutnya. “Mantan pacar Sungra yang amat-sangat-kurang ajar itu datang, memaksanya pergi untuk makan siang, lalu memohon-mohon padanya agar Sungra mau kembali padanya, dasar tidak tahu malu! Apa dia tidak tahu kalau—”

“Whoa, whoa, pelan! Kau pikir aku bisa menangkap apa yang kau ucapkan kalau kau bicara dalam kecepatan supersonik begitu?” Chanyeol menggerakkan tangannya di udara, memberi isyarat agar Baekhyun lebih tenang. “Oke, sampai di mana tadi? Aku hanya mengerti sampai bagian mantan pacar tunanganmu datang lagi, hehehe.”

“Karena itu aku tidak ingin bercerita padamu. Hanya membuang tenaga.”

“Ahahahaha~ bercanda, Baekki sayang~ oke, jadi namja itu meminta Sungra supaya mau menerimanya lagi, lalu?”

“Ya… begitulah.”

“Ck, merepotkan. Yang aku tanyakan itu tanggapan Sungra~” Chanyeol menahan kekehannya saat melihat Baekhyun yang -entah sadar atau tidak- mengerucutkan bibirnya pertanda kesal. Sepertinya ia sudah berhasil menemukan inti masalahnya. Sekarang, yang perlu ia lakukan tinggal menunggu namja yang sedang meregangkan tulang-tulang lengannya sambil bersandar ke kursi itu melanjutkan ceritanya.

“Ya sudah. Selesai. Begitu.”

“Itu bukan deskripsi yang bagus.”

Ne, anak kecil juga tahu dan aku yakin kau tidak sebodoh itu untuk paham, Tuan Park Chanyeol.”

Chanyeol sekali lagi memutar bola matanya, “Ayolah, Tuan Byun Baekhyun~ hentikan pembicaraan konyol dan kekanakan ini. Kita sedang membicarakan sesuatu yang serius, ingat?”

Si namja yang lebih pendek mendengus pelan. “Araseo.”

“Oke! Ulangi lagi! Bagaimana respon gadismu itu?” kata Chanyeol sambil memberikan penekanan di partikel ‘-mu’. “Memangnya dia bilang akan kembali pada mantan pacarnya?”

“Tentu saja tidak!”

“Lalu?”

Baekhyun menghela napas sambil memejamkan mata, mengingat apa yang dikatakan Sungra tadi. Sesuatu yang menyakiti hatinya habis-habisan. Sesuatu tentang…

“Dia… masih belum bisa melupakan orang itu…” desis Baekhyun, tangannya mengacak rambutnya hingga berantakan. “Bagaimana ini? Dia belum teralih padaku sepenuhnya, Chanyeol-a~ bagaimana kalau terjadi apa-apa?”

“Ck, jangan bodoh begitu. Dia tidak bilang akan kembali pada mantannya, kan? Nah, sekarang apa yang perlu kau khawatirkan kalau begitu ceritanya?”

“Banyak!” sentak Baekhyun cepat, emosinya meluap. “Kau tahu sendiri kan kalau aku mengusahakan segala hal untuk mendapatkannya. Mengejarnya habis-habisan. Menahan marah tiap ia bersikap dingin padaku. Kau tahu, kan?” Baekhyun memukuli kaca tipis yang melapisi meja kerjanya pelan. “Tapi apa yang aku dapat? Dia masih belum sepenuhnya melupakan orang itu! Apa lagi yang perlu aku lakukan? Usahaku selama ini kurang? Sia-sia?”

“Dari mana kau bisa bilang begitu?”

“Bodoh! Kebiasaan terpancing emosi-mu kembali, ya?” Chanyeol memukul kepala namja yang lebih pendek darinya itu pelan. “Kata siapa usahamu sia-sia?

“Nah, sekarang coba pikirkan apa yang sedang gadismu itu lakukan di rumah. Kutebak sih pikirannya tidak tenang sama sekali, Baekhyun-a. Kau meninggalkannya saat kau sedang marah… oke, jika aku jadi dia, aku pasti akan sangat kesal dan mungkin tidak akan pernah memaafkanmu.”

“Dia tidak akan melakukannya!”

“Oh, ya. Dia tidak akan melakukannya, kau bisa bilang begitu. Pikiran orang siapa yang tahu selain dirinya sendiri dan Tuhan? Eobseo, Baekhyun-ie-ku tersayang.” Chanyeol tidak mempedulikan tatapan tajam dari mata Baekhyun. Ia berdiri, meluruskan tangan panjangnya dan beranjak ke pintu, berniat kembali bekerja di depan.

“Tunggu, aku lupa mengatakan satu hal lagi. Ia yeoja, ingat?” Chanyeol melongokkan kepalanya dari luar. “Dan seingatku kau pernah mengatakan sesuatu tentang para yeoja… ah, mereka serapuh kaca tipis, ya, kan? Seperti kristal-kristal berbentuk bunga koleksi eommamu yang sering kau komentari karena mudah pecah.”

Pintu tertutup dengan debaman pelan, menyisakan Baekhyun yang masih terdiam karena apa yang dikatakan sahabatnya barusan.

——

Lagi-lagi dering bel.

Sungra mengusap wajahnya yang terasa lengket dan tidak nyaman digerakkan. Ia meraba matanya yang sembap karena terlalu banyak menangis, merutuki bantalnya yang basah kuyup oleh air matanya sendiri. Sempat terpikir untuk mengganti sarung bantal itu tapi ia ingat bahwa ada seseorang yang sedang menunggu dibukakan pintu di bawah. Oh, baiklah, nanti saja juga bisa.

“Ya, se–” ia berdehem pelan, membenarkan suaranya yang serak. “Sebentar!” pekiknya sambil setengah berlari menuju kamar mandi, berhenti di depan wastafel dan menyalakan kran hingga air bening mengucur deras. Selesai mencuci muka, terburu ia mengeringkan wajah dengan handuk tipis yang tergantung di dekat wastafel lalu berlari turun. Tidak enak rasanya membiarkan seseorang menunggu terlalu lama di depan pintu rumah.

Mianhamnida, maaf membuat Anda me—” perkataan gadis itu menggantung ketika menemukan siapa yang berdiri di depan pintu rumahnya. “Baek, Baekhyun-a? Aku pikir… aku pikir kau tidak akan kembali…”

“Bodoh.”

Ne, aku tahu, aku bodoh, mianhae—ng!”

“Bukan kau yang bodoh, aku yang bodoh. Maaf.” desis Baekhyun, masih dengan mata yang menatap manik mata gadis di depannya setelah berhasil membungkam gadis itu dengan bibirnya sendiri. Tidak sopan, tapi itu hal yang paling ingin ia lakukan sekarang. Lagipula Sungra tidak kelihatan keberatan… justru bingung.

“Tapi, tapi, tapi tadi aku membuatmu marah~ aku yang—“

“Sudah aku bilang bukan kau yang bodoh!” namja itu tertegun sejenak, tersadar saat melihat sinar ketakutan kembali terlihat di mata gadis itu. “Ma, maaf membentakmu~ ck, sudahlah, kita lanjutkan bicaranya di dalam saja, ara? Di sini dingin~ angin malam tidak bagus untuk kesehatan, kau tahu?”

Sungra tak bisa membantah. Ia membiarkan Baekhyun mendorongnya masuk ke rumah, membiarkan namja itu mengunci pintu rumahnya, juga membiarkan namja itu memeluknya erat di sofa ruang tengah. Ia balas memeluk Baekhyun sama eratnya, masih ketakutan meski sekarang telah sedikit tenang. “Kau tahu? Aku takut kau benar-benar marah lalu pergi~ pergi dan… tidak pernah kembali lagi ke sini…”

“Jangan berpikir macam-macam begitu! Aku tidak akan meninggalkanmu, sumpah. Tidak akan pernah!” ujar Baekhyun sambil menyandarkan dagunya di puncak kepala gadis itu. Ia mulai menyesal karena –lagi-lagi— membuat Sungra menangis. Dua kali hari ini. “Sudah~ jangan menangis lagi~”

Gadis itu hanya diam meski masih sedikit terisak. Di setiap tarikan napas pendeknya, ia sekaligus menghirup sedikit demi sedikit aroma tubuh namja itu yang mulai familier bagi hidungnya. Merasa makin tenang di tiap detik yang berlalu hingga ia benar-benar diam dan telah menemukan posisi nyaman untuk bersandar di badan Baekhyun. Ditambah Baekhyun yang terus-terusan mengusap kepalanya pelan dan membuatnya mulai merasa mengantuk, matanya sedikit terpejam dan…

“Mana eomma dan appa?”

Sungra mengeluh pelan sambil mencubit lengan Baekhyun, membuat namja itu mengaduh kesakitan. “A! Appeu! Apa lagi salahku kali ini?!”

“Kau membuatku batal mengantuk, babo~” gadis itu menguap sedikit lalu kembali bersandar di pundak namja yang duduk di sebelahnya. “Appa dan eomma sedang pergi, biasa, tugas dinas~”

“Pulang kapan, kalau begitu?” tanya Baekhyun lagi, sedikit lega karena orang tua Sungra sedang tidak ada di rumah. Tidak jadi khawatir Sungra telah mengadu dan ia akan ditanyai macam-macam soal kenapa Sungra menangis, kan?

“Ng… katanya sih akhir minggu ini~”

“Jadi kau sendirian di rumah sekarang?”

“Memangnya kau melihat orang lain di sini?”

Baekhyun balas mencubit gadis itu, kali ini pipinya yang menjadi sasaran. “Ck, araseo. Malam ini aku menginap.”

“EH?!”

“Iya, menginap. Me-ngi-nap. Tidak pernah dengar? Kata dasarnya inap, artinya—“

“Aku tahu!” potong Sungra cepat. “Tapi jangan bercanda! Kau gila?! Menginap?!”

Ne~ tenang saja, tidak akan macam-macam padamu, sayang~”

“A! Tetap saja tidak boleh! Tidak boleh!” gadis itu segera melepaskan diri dari pelukan Baekhyun, melontarkan badannya sendiri ke pojok sofa sambil ganti memeluk bantal duduk. “Tidak-tidak-tidak!” teriaknya sambil menunjuk-nunjuk Baekhyun di tiap suku kata yang ia ucapkan. “Pokoknya kau tidak boleh menginap!”

Baekhyun mengangkat bahunya, “Aku akan minta ijin orang tuamu nanti. Pasti boleh.”

“Jangan pakai alasan kau akan menjagaku atau apa! Itu tidak valid!”

“Hei, aku memang mau memakai alasan itu. Sudahlah, kau itu yeoja, masa’ sendirian di rumah?” namja itu merebut bantal yang dibawa Sungra dan ganti memeluknya. “Tidak aman~”

“Justru karena ada kau itu jadinya tidak aman!”

Baekhyun hanya memasang wajah tak peduli sambil mulai menelepon eomma Sungra, tidak mengacuhkan gadis yang ngambek sendirian di pojok sofa. “Yeoboseyo? Eomma~! Ne, ini Baekhyun, eomma~ aku sedang di rumah dengan Sungra, hehe. Boleh menginap, kan, eomma?”

Sungra menyilangkan jari telunjuk dan jari tengahnya, berharap sang ibu tidak mengijinkan Baekhyun menginap. Harapannya menipis ketika melihat rona wajah Baekhyun yang seolah menunjukkan lihatlah-ini-ibumu-saja-setuju-aku-menginap ke Sungra seiring berjalannya waktu. Tunggu, belum diputuskan boleh, kan?

“Sekalian menjaganya, biar dia tidak membakar rumah ini, hehehe~” dan Sungra langsung menusuk pinggang Baekhyun menggunakan jarinya, membuat namja itu refleks menoleh dan menatap tajam gadis itu sebelum kemudian kembali fokus ke pembicaraan di telepon. “Jadi, bagaimana eomma? Eh? Boleh? Aaaaaa gomawoyo eomma~ ngng, tidak akan macam-macam, aku masih bisa menahan diri, lagipula tinggal sebentar lagi, hehe. Ne, annyeong, eomma~” dan dengan itu Baekhyun resmi memutuskan sambungan telepon sekaligus men-skakmat Sungra. Gadis itu mendengus, “Kau sih, sok manis.” desisnya sebal.

“Aku memang manis~” namja itu mengacak rambut Sungra cepat, kembali menimbulkan gerutuan dari yang bersangkutan. “Sudahlah, berhenti marah-marah~ tidak lapar? Punya makanan apa?”

Eobseo. Aku saja mau beli makanan tadi, sayangnya kau keburu datang dan menahanku di sini. Sial kau.”

Ish, membeli makanan dengan dandanan begini? Dengan muka sembap begini? Bohong~” Baekhyun terkekeh pelan sambil kembali mengambil ponselnya, bersiap menelepon beberapa nomor delivery service yang biasa ia hubungi. “Kau mau makan apa? Kita pesan saja. Aku malas keluar~”

——

“Bagaimana menurutmu?”

“Ng?”

“Kau tidak mendengarkanku bicara dari tadi ya?” Baekhyun menggerutu, “Kuulangi, bagaimana kalau pernikahan kita… di… dimajukan?”

Gadis itu berhenti menggigiti pepero yang ia bawa. Matanya membulat besar sekali sambil menatap Baekhyun kaget. Sedang santai-santai menonton TV begini kenapa tiba-tiba anak ini malah mengangkat topik macam itu?

“Di… majukan?”

“Ng… iya~ jadi… hari Sabtu ini, bagaimana?”

Sungra tak segera menjawab. Ia kembali menggigiti peperonya, kali ini tanpa minat, tidak seperti tadi yang sungguh beringas. Dimajukan? Apa namja ini sudah gila? Memangnya bisa? Sempat?

“Sungra? Kau masih sadar, kan?”

Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, gumam gadis itu dalam hati sambil menggelengkan kepalanya. Ia ganti menatap Baekhyun, menuntut penjelasan tambahan dari namja itu. “Memangnya kenapa harus dimajukan, Baekhyun-a? Tinggal seminggu lagi, memangnya masih ada waktu kalau dimajukan jadi besok Sabtu?” …yang berarti lima hari lagi, tambah gadis itu dalam pikirannya. Baekhyun pasti sudah gila. Itu kan mission impossible namanya.

“Sungra-ya, dengar, aku tidak ingin membuang waktu lagi~ tidak mau terjadi apa-apa antara kita~ dalam satu detik saja bisa terjadi sesuatu yang mengubah segalanya, kan?” namja itu berhenti sejenak. “Bagaimana jika dalam selang waktu seminggu ke depan mantanmu datang lagi? Ini tindakan preventif, Ra-ya. Aku tidak mau kau hilang, kau mengerti, kan?”

Aish. Baiklah, aku mengerti alasanmu yang itu. Tapi bagaimana dengan persiapannya? Baekhyun-a, masih banyak yang belum sele—“

“Hanya tinggal pakaian dan undangan. Pasti bisa jadi dalam waktu dekat. Nanti waktu di undangannya juga harus diganti, kalau begitu.” namja itu menengadahkan kepalanya, mungkin sedang sibuk mengingat apa saja yang kurang. “Sebagian besar persiapan sudah diurus oleh pihak wedding hall… ah! Aku lupa menanyakan ke mereka!”

Sungra menggelengkan kepalanya. “Tuh, kan. Bagaimana kalau hari Sabtu minggu ini sudah dipesan?”

“Ya makanya kutanyakan dulu~ aish, mana nomor yang aku simpan kemarin~”

Sungra membiarkan Baekhyun dengan kesibukannya sendiri. Ia sendiri juga sibuk, sibuk memikirkan akan jadi apa pernikahannya seandainya semua dimajukan dengan serba-mendadak seperti ini. Apa kata orang tuanya nanti saat baru saja pulang dari perjalanan dinas lalu tiba-tiba diberitahu kalau pernikahan anaknya dimajukan?

“Baekhyun, apa ini tidak terlalu memak—“

“Sudah, diamlah sebentar, aku sedang menanyakan apa besok Sabtu sudah dipesan atau belum… ah, ne? Bagaimana?” lalu percakapan lain. Sungra tak tertarik mendengarkan, ia kembali ke alam pikirannya sembari memejamkan mata. Di samping kemungkinannya sangat kecil untuk persiapan-persiapan itu bisa dipercepat, ia sendiri juga belum siap jika harus menikah akhir minggu ini. Sulit membayangkannya. Aigo, bagaimana ini?

“Bisa? Syukurlah~ ne, sepertinya masih ada sedikit pembicaraan yang perlu dibicarakan lagi, nanti akan kuhubungi lagi untuk konfirmasinya~ kamsahamnida~” Baekhyun mengakhiri sambungan telepon lalu menoleh ke Sungra yang masih termenung dalam lamunannya. “Panda? Mereka bilang masih bisa diubah~ eotte?”

“A, apa? Oh, ma-masih bisa diubah? A, araseo~” gadis itu menghela napas perlahan sambil membenamkan wajah ke bantal yang ia dekap, benaknya masih penuh oleh teriakan ketidak-siapannya. Lebih baik aku mati saja!

“Jadi… bagaimana? Besok Sabtu?” tanya Baekhyun lagi, mengamati tingkah Sungra yang terlihat aneh baginya. “Atau… tidak?”

Tak ada respon.

“Sungra~”

Gadis itu masih betah di posisinya.

“Ra-ya~”

Sungra menolehkan kepalanya perlahan, ragu-ragu menatap Baekhyun yang balas menatapnya bingung. “Ng~” gumam gadis itu tak jelas. “Memangnya… bisa? Kau yakin?”

“Bisa! Aku yakin bisa! Ck, kau pikir Byun Baekhyun tidak bisa mengurus yang seperti ini? Gampang bagiku, Lee Sungra-ssi~” namja itu menyunggingkan cengiran lebarnya, membuat Sungra tidak bisa menahan senyumannya sendiri. “Bagaimana? Ng… kalau kau tidak mau dimajukan ya sudah~”

Yeoja itu membuka mulutnya, bersiap menjawab, tapi bahkan ia tak tahu harus menjawab apa. Kebingungan. “Aish, terserah kau saja lah…” katanya pada akhirnya, menyerah untuk menolak. Mengikuti sedikit bagian pikirannya yang ingin mengiyakan saja sedari tadi. Sementara Baekhyun…

Sulit mendeskripsikan ekspresinya sekarang. Hanya satu yang bisa dipastikan; ia tersenyum lebar seperti idiot, tangannya terkembang bersiap mendekap erat gadis di sebelahnya yang langsung saja ia lakukan sepersekian detik kemudian. “A! Gomawoyo! Aku senang! Saaaa~ngat senang!” pekiknya, masih sambil memeluk Sungra yang hanya diam saja.

“Hei, kenapa diam saja?” Baekhyun bertanya heran. Rasa-rasanya Sungra makin aneh saja. “Kau tidak senang?” dan dibalas dengan gelengan serta senyum kecil. Tidak ada jawaban lain. Baekhyun ikut menggelengkan kepalanya, melepaskan tangannya dari badan Sungra lalu bersandar ke sofa. Kenapa lagi anak ini?

“Ng… gedung sudah, undangan sudah, ini sudah, itu sudah, apa lagi ya yang kurang?”

Sungra membiarkan Baekhyun ‘mengabsen’ segala keperluan yang akan dibutuhkan untuk acara besar yang baru saja dipindahkan jadwalnya menjadi Sabtu minggu ini. Tidak ada minat menanggapi. Bagaimana bisa ia menanggapinya kalau ia bahkan tak yakin?

“Kurang… ng… kurang… i keraguanmu, babo panda~” tanpa aba-aba, namja itu kembali mendekatkan wajahnya ke Sungra dan -sekali lagi- menciumnya sekilas. “Setelah itu, selesai semua masalahnya~ jangan ragu lagi, mengerti?”

Yang ditanyai masih diam. Ciuman Baekhyun barusan berhasil mempengaruhinya hingga begitu jauh –isi otaknya berantakan seketika. Tidak bisa merespon apa-apa lagi. Tidak bisa mengumpulkan bukti-bukti keraguan yang padahal baru saja terlintas satu-satu di otaknya. Brain-freeze mendadak. Bagaimana ini?

“Ah! Pakaian kita sudah hampir jadi kata mereka! Besok fitting terakhir! Lalu Kamis jadwal foto pre-wedding, bersiaplah, ara?”

Sial.

Baby, baby, geudaeneun Caramel Macchiato…”
Baby, baby, you’re caramel macchiato

Sungra menoleh cepat. Mendengar Baekhyun menggumamkan pelan reff lagu yang disukainya baru-baru ini membuatnya terkejut, lupa kalau posisinya masih separuh-ngambek. Baekhyun, yang juga menatapnya, hanya tersenyum kecil sambil melanjutkan senandungnya.

Yeojeonhi nae ibgaen geudae hyanggi dalkomhae…”
Still, near my lips, your scent is sweet

Baby, baby, tonight~

Baby, baby, geudaeneun caffe latte hyangboda,”
Baby, baby, you’re more than the scent of caffe latte

Pogeunhaettdeon geu neukkim gieokhago ittnayo…”
Do you remember this feeling, this comfort

Baby, baby, tonight~” (커피를 마시고 – Urban Zakapa)

Saranghaeyo…”

Dan semi-konser solo itu ditutup dengan sebuah pelukan dan kecupan singkat.

to be continued.

pendek-_- dan maaf kalau nggak jelas huhu T….T
Anyway, lagu Cafe Latte alias 커피를 마시고-nya Urban Zakapa itu saya baru nemu… kemarin sabtu minggu lalu. Padahal itu lagu udah ada dari 2009–” liriknya sweet, meski sebenernya nggak terlalu cocok sama fic ini sih hehe. -saya nangkepnya- tentang pasangan yang udah putus tapi satu pihak masih sayang, maybe ‘_’ sorry if i misunderstood the meaning m(_ _)m. But I’m already falling in love with that band :” *plak!*

9 thoughts on “[Cafe Latte] #9 | Losing My Mind”

  1. Sungra-yaaaaaaaaaaa *peluk erat Sungra* jangan ragu lagi ya plis, no galau, no nangis, kasian baekhyun-nya udah capek. kasian chanyeol-nya juga selalu jadi tempat sampah baekhyun (re: temen curhat, udah gitu dimarah-marahin pula) yayaya, plis. udah nikah saja ya kau sama baekhyun, and live happily ever after, oke oke???

    Sumpah ya, aku ngakak baca bagian baekhyun-chanyeol itu-_- chanyeol ga ngerti keadaan bener sih, temennya lg galau dibecandain ckckck. Ga beda lah ama aslinya, haha.
    Ayo lanjut Ra-ya, plis, plis…. Baca ff-nya pas lagi ngerjain tugas kimia organik, hm, pencerahan sekali hahaha. Ditunggu lanjutannyaaaaa. Fighting! ^-^

    1. ngng~ nggak kok, nggak galau lagi, semoga :” *eh
      chan jadi tempat sampah XD ahahaha XD iyasiiiih~ sabar yaaa *pukpuk chan(?)
      happily ever after terlalu datar… *kode *plak!

      ahahahaha XD biasa, namanya juga chan, happy virus gitu kan tugasnya membuat orang lain bahagia(?) :B
      iyaaaaaaaa~ tunggu minggu depan -kalau selesai- yaaaa ehehe 😀
      eh? ngerjain tugas sambil baca ff bisa fokus nih? 😮

      makasiiih ^^

      1. ngahaha ngga sambil baca juga, maksudnya di tengah-tengah pengerjaan tugas hahaha. bener ya, minggu depan loh, awas *ngacungin kapak* canda, candaaaaa….
        ditunggu selalu pokoke. fighting nulisnyaaaaa ^-^

        1. walah, kirain-_- kimia organik itu… apa? *eh
          iya kooook~ moga bener yah nyetting tanggal di opsi schedule post-nya hahahaha XD
          gomawoooo ^^

  2. Pantesan baek baru dikasih jodohnya… bahaya klo baek ketemu jodohnya pas sma langsung diajak nikah… baek kebelet nikah…

  3. Ahh thor , ff ini gua baru nemu lagi lewat google, abis ditungguin lanjutannya di Exo Fanfiction ga ada2, tau nya disini.. gua daftar di blog ini ya thor.. jadi reader yg baik hehe, btw part ini bikin lega, kirain baekki nya marah hehe, lanjuttt thoorr

Leave a reply to Alitkyu3424 Cancel reply